Pemkab Pamekasan dan Misteri Kematian Seorang Kakek di Selokan

MIRIS: Tim Inafis Polres Pamekasan saat mengidentifikasi seorang kakek yang meninggal telungkup di selokan sekitar Terminal Ronggosukowati. (Humas Polres Pamekasan/PWI Pamekasan)

pwipamekasan.or.id | Mari bayangkan: bagaimana bila seorang kakek yang meninggal telungkup di selokan sekitar Terminal Ronggosukowati adalah gambaran salah satu dari kita di hari tua? Tanpa diketahui identitasnya, jadi perbincangan publik, hanya terpublikasikan ciri-cirinya, dan pemerintah nyaris menganggapnya bukan sesuatu yang mengerikan.

Hati kita tentu tergetar. Apalagi saat mengetahui betapa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan tampak acuh tak acuh, dengan peristiwa meninggalnya seorang kakek berusia 80 tahun itu. Silakan telusuri; belum kita dengar pernyataan bela sungkawa dari pemerintah. Padahal, itu adalah warga Indonesia yang tewas di Kota Gerbang Salam.

Kendati begitu, tidak sepenuhnya pemerintah harus disalahkan. Sebab, melalui RSUD Smart, jenazah langsung ditangani ke ruang mayat. Bahkan, Tim Inafis Polres Pamekasan leluasa melakukan identifikasi.

Bacaan Lainnya

Pernyataan bela sungkawa dari pemerintah sepintas tergolong remeh-temeh, tidak penting, tidak berharga. Namun, substansinya sangat urgen karena akan menjadi atensi tersendiri bagi warga Pamekasan. Setidaknya itu mengetuk kesadaran warga Pamekasan agar lebih maksimal menjaga sekaligus memperhatikan sanak familinya yang tergolong sudah sepuh.

Semula, ada yang menduga mayat tersebut adalah pengamen tua atau pemulung. Namun, ketika mencermati pakaiannya yang rapi—bersarung, berbaju koko, dan berkopiah, tentu bukanlah ciri seorang pengemis maupun pemulung. Apalagi di dekat jenazah ditemukan kantong keresek berisi nasi bungkus, minuman, dan makanan ringan.

Dalam pada itu, tentu kita teringat dengan Simpati Lansia, sebuah program Pemkab Pamekasan yang menyasar warga lanjut usia (lansia). Tahun 2023, terdapat 412 lansia yang mendapatkan bantuan tersebut: makan gratis dua kali dalam sehari, dengan menu sehat yang direkomendasikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan.

Jika program tersebut direalisasikan dengan serius, tentu kondisi para lansia di Pamekasan bisa terpantau dengan baik. Tidak hanya kandungan gizi makanannya yang dijatah pemerintah, tetapi keselamatannya sungguh-sungguh terjamin oleh petugas. Dengan begitu, harapannya tidak ada ceritanya lansia yang meninggal telungkup di selokan tanpa diketahui identitasnya.

Pemkab Pamekasan dapat saja berspekulasi bahwa kakek yang meninggal sekitar Terminal Ronggosukowati itu belum tentu warga Pamekasan. Tidak menutup kemungkinan dia adalah orang luar dalam perjalanan memanfaatkan bus, yang turun mencari makanan dan minuman tetapi dihadapkan pada maut sehingga jatuh ke dalam selokan, atau terpeleset ke selokan seiring dengan aksi Malaikat Israil.

Sebagai pemerintah, tentu penting menghadirkan spekulasi terburuk dari pilihan spekulasi buruk. Ini penting guna menguatkan alam bawah sadar kepedulian terhadap warganya. Bagaimana bila spekulasi tersebut salah? Bagaimana bila yang meninggal itu memang warga Pamekasan? Dan seterusnya.

Apa sulitnya Pemkab Pamekasan menyampaikan bela sungkawa? Apa sulitnya pemerintah mengimbau agar warganya memperhatikan betul kerabatnya yang sudah tergolong lansia? Apa sulitnya pemerintah menekankan agar petugas Simpati Lansia tidak sekadar mengantar makanan, tetapi juga memperhatikan kondisi fisik dan psikologis penerima manfaat program tersebut.

Satu lagi. Sepertinya pemerintah perlu juga bikin karangan bunga bela sungkawa, dijejerkan sepanjang halaman RSUD Smart Pamekasan. Hal itu dilakukan karena seringnya orang sakit justru meninggal saat dirujuk ke rumah sakit pelat merah tersebut.

Kematian memang misteri. Tetapi diamnya kita dalam menyikapi kematian yang tidak wajar, tentu merupakan misteri di atas misteri. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *