Ketua GEN Jatim: Pemuda Harus Jadi Penentu Arah Politik!

SEMANGAT MEMBARA: Ketua GEN Jatim Muhammad Romli (kanan) saat menyampaikan gagasannya tentang figur muda dalam diskusi kepemudaan oleh GEN Pamekasan di Kafe Manifesco. (Ist/PWI Pamekasan)

pwipamekasan.or.id | Pemuda harus menjadi lokomotif kemajuan daerah! Karena itu, pemuda jangan mau hanya dijadikan komuditas politik, tetapi harus menjadi penentu arah politik untuk kemajuan daerah.

Begitulah penegasan Ketua Generasi Emas Nusantara (GEN) Jawa Timur (Jatim) Muhammad Romli saat menghadiri diskusi kepemudaan di Kafe Manifesco, Desa Jalmak, Kecamatan/Kabupaten Pamekasan, Selasa (30/4/2024) malam.

“GEN sebagai wadah edukasi dan berjejaring bagi generasi muda harus menjadi lokomotif kemajuan daerah, khususnya di Kabupaten Pamekasan,” terang Romli.

Dalam pandangan Dosen STKIP Sumenep itu, pemuda memiliki saham elektoral terbesar untuk menentukan kemajuan daerah.

”Makanya kita jangan mau hanya dijadikan komuditas politik, tetapi harus menjadi penentu arah politik untuk kemajuan daerah,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua GEN Pamekasan Nurahmad menyatakan sengaja mengundang figur Pamekasan sebagai pembicara, yaitu Ongky Arista UA.

Pemimpin Redaksi (Pemred) Media Jatim itu, kata Nurahmad, kini menjadi representasi figur muda untuk Pamekasan 2024.

”Selain kini viral di media sosial, kita kenal Mas Ongky sebagai jurnalis cerdas, idealis, dan bernas dalam mengetengahkan gagasan-gagasan brilian untuk kebaikan Kabupaten Pamekasan,” ujar Nurahmad.

Ragukan Peran Pemuda Jelang Pilkada 2024

Pembina GEN Pamekasan Hairul Anam tampak juga menyampaikan gagasan berkenaan dengan figur muda Pamekasan.

“Diskusi yang bergulir dari tadi, membuat saya teringat dengan teori materialisme dialektis Karl Mark tentang pentingnya negasi. Forum ini tegas menolak pemimpin tua yang kurang progresif untuk memajukan daerah,” ujarnya.

Kendati begitu, Direktur Kabar Madura itu mengetengahkan fakta betapa peran dan kontribusi pemuda di Kabupaten Pamekasan belum terlihat signifikan menjelang kontestasi Pilkada pada 27 November 2024 mendatang.

Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep itu mengungkap pimpinan partai politik (parpol) di Pamekasan nyaris semuanya bukan dari kalangan pemuda.

“Ketua parpol yang dipimpin anak muda di Pamekasan hanyalah PSI, Abdullah. Itu pun belum mampu menunjukkan taringnya, karena tidak punya kursi di DPRD Pamekasan,” terangnya.

Fakta lainnya, kata Anam, figur yang mengambil formulir pendaftaran bakal calon bupati (bacabup) di parpol di Pamekasan semuanya golongan tua. Sebut saja Kiai Kholilurrahman, Kiai Taufik Hasyim, Fatah Djasin, dan Rudy Susanto.

“Tidak ada dari figur muda. Ini mengapa? Kita bicara idealisme dari tadi. Padahal, idealisme menjadi tidak ada artinya tanpa adanya keberanian,” tegas Anam.

Kendati demikian, Dosen Universitas Madura (Unira) mengajak para pemuda untuk tidak patah semangat.

“Tantangan kita saat ini bukan untuk merebut kekuasaan, tetapi membangun mindset betapa pemuda mesti berjejaring untuk menjadi lokomotif kemajuan,” tegasnya.

Spirit itu, dalam batas tertentu, telah dilakukan oleh Ongky Arista UA di Kabupaten Pamekasan. Ongky menghadirkan angin segar di tengah jumutnya model branding personal oleh figur yang ingin menjadi kandidat dalam Pilkada 2024. Dia berbicara gagasan.

”Saat diminta jadi pembina, saya langsung menerima ajakan Ketua GEN Pamekasan. Saya mau karena merasakan detak semangat berdiskusi di dalamnya. Detak tersebut kian kencang seiring dengan dekatnya Pilkada 2024,” ungkapnya.

Bagi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan itu, hal tersebut penting di tengah banyaknya figur yang mengeksploitasi anak yatim lewat santunan sosial. GEN Pamekasan telah membuka ruang kepada figur untuk berbagi gagasan untuk kebaikan Pamekasan secara berkesinambungan.

“Para figur yang kerap mengeksploitasi anak yatim dan kaum duafa untuk kepentingan branding personal itu, silakan ajak berdiskusi bersama GEN. Beranikah mereka?” tukas Anam.

Membedah Gagasan Figur Muda Pamekasan 2024

Dalam diskusi kali ini, GEN membedah gagasan Figur Muda Pamekasan 2024 Ongky Arista UA. Sebagaimana diketahui, figur Ongky Arista muncul belakangan ini dan mewarnai beranda Tiktok warga Pamekasan.

Dalam diskusi ini, Ongky Arista UA menerangkan bahwa Pamekasan harus sudah berkemas untuk bertransformasi dari sisi interaksi dan pola komunikasi publik.

“Pejabat, siapa pun itu, harus piawai dan tidak kaku lagi dalam memanfaatkan media massa, media sosial, dan figur Pamekasan 2024, juga harus mengerti betul bagaimana media massa dan media sosial bekerja,” ungkapnya.

Ongky menilai, bahwa hingga saat ini, belum muncul pejabat di Pamekasan yang akun medsosnya populer dan menjadikan itu sebagai wadah aspirasi serta keluh kesah.

“Itu berarti, selama ini pola komunikasi kita belum maju dan ikut perkembangan zaman. Konten media sosial itu bisa memengaruhi pola pikir seseorang. Orang hari ini terbentuk karakternya juga karena melihat konten di media sosial. Nah, kalau pemerintah tidak hadir di sini, bagaimana caranya dekat dengan masyarakat yang rata-rata hari ini punya Tiktok dan akun medsos lainnya?” paparnya.

Ketua Forum Wartawan Pamekasan (FWP) itu juga mengatakan, bahwa hari ini perlu muncul pejabat lalu mengumumkan akun medsosnya.

“Sampaikan kepada masyarakat, bahwa akun medsosnya bisa nerima keluh-kesah dan dia siap menindaklanjutinya. Selama ini kan mereka belum melek ke sana, coba adakah akun medsos pejabat yang bisa jadi wadah keluh-kesah warganya di Pamekasan?” tanyanya.

Ongky mengatakan, pemerintah harus memiliki pengaruh. “Kita kenal kan istilah influencer, nah, pemerintah harus hadir untuk mengakrabkan diri dengan berlaku seperti influencer, kenalkan program dan kebijakannya,” katanya.

Selain itu, Pemimpin Redaksi Media Jatim itu juga mengkritik pola-pola sejumlah figur yang memakai cara primordial untuk mendongkrak popularitasnya jelang Pilkada 2024.

“Misal, bagi-bagi sembako, ngundang anak yatim. Itu cara-cara primordial. Gak anak muda sama sekali. Kalau cara itu dipakai, berarti pola pikir kita belum maju ke depan,” tambahnya.

Dia mengatakan, bahwa bagi-bagi sembako, dan santunan anak yatim tidak perlu dipublikasikan berlebihan dan didramitisir.

“Maksud saya, cukup di balik layar, kalau anak yatim kemudian dipublikasikan depan layar, itu kentara bahwa figur tidak punya cara lain untuk mendongkrak dirinya. Figur harus kreatif, dong, jangan itu-itu saja,” tuturnya.

Selebihnya Ongky berharap, konstelasi politik di Pilkada Pamekasan 2024 ini mendorong kedewasaan masyarakat dalam berpikir dan bertindak.

“Money politik harus bisa dihapus misal, semua figur sepakat untuk memperkecil modal politik, ditandatangani semua figur, dan diterapkan semua figur untuk tidak bermain di area money politik, dan ini akan menjadi angin segar dan tentu akan mendorong kesadaran memilih pemimpin,” pungkasnya. (*/rul)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *